"ORANG seperti
dia, tidak dapat tanpa diketahui dibiarkan begitu saja. Dia harus diincar
sebagai calon pemimpin Islam. Jika dia menggabungkan diri dengan kaum Muslimin
dalam peperangan melawan orang-orang kafir, kita harus mengangkatnya kedalam
golongan pemimpin" demikian keterangan Nabi ketika berbicara tentang
Khalid sebelum calon pahlawan ini masuk Islam.
Ayah Khalid yang bernama Walid, adalah salah seorang
pemimpin yang paling berkuasa diantara orang-orang Quraisy. Dia sangat kaya.
Dia menghormati Ka'bah dengan perasaan yang sangat mendalam. Sekali dua tahun
dialah yang menyediakan kain penutup Ka'bah. Pada masa ibadah Haji dia memberi
makan dengan cuma-cuma bagi semua orang yang datang berkumpul di Mina.
Ketika orang Quraisy memperbaiki Ka'bah tidak seorang pun
yang berani meruntuhkan dinding-dindingnya yang tua itu. Semua orang takut
kalau-kalau jatuh dan mati. Melihat suasana begini Walid maju kedepan dengan
bersenjatakan sekop sambil berteriak, "O,
Tuhan jangan marah kepada kami. Kami berniat baik terhadap rumahMu".
Nabi mengharap-harap dengan sepenuh hati, agar Walid masuk
Islam. Harapan ini timbul karena Walid seorang kesatria yang berani dimata
rakyat. Karena itu dia dikagumi dan dihormati oleh orang banyak. Jika dia telah
masuk Islam ratusan orang akan mengikutinya.
Dalam hati kecilnya Walid merasa, bahwa Al Qur-'an itu
adalah kalimat-kalimat Allah. Dia pernah mengatakan secara jujur dan
terang-terangan, bahwa dia tidak bisa berpisah dari keindahan dan kekuatan
ayat-ayat suci itu.
Ucapan yang terus terang ini memberikan harapan bagi Nabi,
bahwa Walid akan segera masuk Islam. Tetapi impian dan harapan ini tak pernah
menjadi kenyataan. Kebanggaan atas diri sendiri membendung bisikan-bisikan hati
nuraninya. Dia takut kehilangan kedudukannya sebagai pemimpin bangsa Quraisy.
Kesangsian ini menghalanginya untuk menurutkan rayuan-rayuan hati nuraninya.
Sayang sekali orang yang begini baik, akhirnya mati sebagai orang yang bukan
Islam.
Suku Banu Makhzum mempunyai tugas-tugas penting. Jika
terjadi peperangan, Banu Muhzum lah yang mengurus gudang senjata dan gudang
tenaga tempur. Suku inilah yang mengumpulkan kuda dan senjata bagi
prajurit-prajurit.
Tidak ada cabang suku Quraisy lain yang bisa lebih
dibanggakan seperti Banu Makhzum. Ketika diadakan kepungan maut terhadap
orang-orang Islam dilembah Abu Thalib, orang-orang Banu Makhzumlah yang pertama
kali mengangkat suaranya menentang pengepungan itu.
Latihan Pertama
Kita tidak banyak mengetahui mengenai Khalid pada masa
kanak-kanaknya. Tetapi satu hal kita tahu dengan pasti, ayah Khalid orang
berada. Dia mempunyai kebun buah-buahan yang membentang dari kota Mekah sampai
ke Taif. Kekayaan ayahnya ini membuat Khalid bebas dari kewajiban-kewajibannya.
Dia lebih leluasa dan tidak usah belajar berdagang. Dia
tidak usah bekerja untuk menambah pencaharian orang tuanya. Kehidupan tanpa
suatu ikatan memberi kesempatan kepada Khalid mengikuti kegemarannya.
Kegemarannya ialah adu tinju dan berkelahi.
Saat itu pekerjaan dalam seni peperangan dianggap sebagai
tanda seorang Satria. Panglima perang berarti pemimpin besar. Kepahlawanan
adalah satu hal terhormat di mata rakyat.
Ayah Khalid dan beberapa orang pamannya adalah orang-orang
yang terpandang dimata rakyat. Hal ini memberikan dorongan keras kepada Khalid
untuk mendapatkan kedudukan terhormat, seperti ayah dan paman-pamanya.
Satu-satunya permintaan Khalid ialah agar menjadi orang yang dapat mengatasi
teman-temannya didalam hal adu tenaga. Sebab itulah dia menceburkan dirinya
kedalam seni peperangan dan seni bela diri. Malah mempelajari keahlian
mengendarai kuda, memainkan pedang dan memanah. Dia juga mencurahkan
perhatiannya kedalam hal memimpin angkatan perang. Bakat-bakatnya yang asli,
ditambah dengan latihan yang keras, telah membina Khalid menjadi seorang yang
luar biasa. Kemahiran dan keberaniannya mengagumkan setiap orang.
Pandangan yang ditunjukkannya mengenai taktik perang
menakjubkan setiap orang. Dengan gamblang orang dapat melihat, bahwa dia akan
menjadi ahli dalam seni kemiliteran.
Dari masa kanak-kanaknya dia memberikan harapan untuk
menjadi ahli militer yang luar biasa senialnya.
Menentang Islam
Pada masa kanak-kanaknya Khalid telah kelihatan menonjol
diantara teman-temannya. Dia telah sanggup merebut tempat istimewa dalam hati
rakyat. Lama kelamaan Khalid menanjak menjadi pemimpin suku Quraisy. Pada waktu
itu orang-orang Quraisy sedang memusuhi Islam. Mereka sangat anti dan memusuhi
agama Islam dan penganut-penganut Islam. Kepercayaan baru itu menjadi bahaya
bagi kepercayaan dan adat istiadat orang-orang Quraisy. Orang-orang Quraisy
sangat mencintai adat kebiasaannya. Sebab itu mereka mengangkat senjata untuk
menggempur orang-orang Islam. Tunas Islam harus dihancurkan sebelum tumbuh
berurat ber-berakar. Khalid sebagai pemuda Quraisy yang berani dan bersemangat
berdiri digaris paling depan dalam penggempuran terhadap kepercayaan baru ini.
Hal ini sudah wajardan seirama dengan kehendak alam.
Sejak kecil pemuda Khalid bertekad
menjadi pahlawan Quraisy. Kesempatan ini diperolehnya dalam
pertentangan-pertentangan dengan orang-orang Islam. Untuk membuktikan bakat dan
kecakapannya ini, dia harus menonjolkan dirinya dalam segala pertempuran. Dia
harus memperlihatkan kepada sukunya kwalitasnya sebagai pekelahi.
Peristiwa Uhud
Kekalahan kaum Quraisy didalam perang Badar membuat mereka
jadi kegila-gilaan, karena penyesalan dan panas hati. Mereka merasa terhina.
Rasa sombong dan kebanggaan mereka sebagai suku Quraisy telah meluncur masuk
lumpur kehinaan Arang telah tercoreng dimuka orang-orang Quraisy. Mereka
seolah-olah tidak bisa lagi mengangkat dirinya dari lumpur kehinaan ini. Dengan
segera mereka membuat persiapan-persiapan untuk membalas pengalaman pahit yang
terjadi di Badar.
Sebagai pemuda Quraisy, Khalid bin Walid pun ikut merasakan
pahit getirnya kekalahan itu. Sebab itu dia ingin membalas dendam sukunya dalam
peperangan Uhud. Khalid dengan pasukannya bergerak ke Uhud dengan satu tekad
menang atau mati. Orang-orang Islam dalam pertempuran Uhud ini mengambil posisi
dengan membelakangi bukit Uhud.
Sungguhpun kedudukan pertahanan baik, masih terdapat suatu
kekhawatiran. Dibukit Uhud masih ada suatu tanah genting, dimana tentara
Quraisy dapat menyerbu masuk pertahanan Islam. Untuk menjaga tanah genting ini,
Nabi menempatkan 50 orang pemanah terbaik. Nabi memerintahkan kepada mereka
agar bertahan mati-matian. Dalam keadaan bagaimana jua pun jangan sampai
meninggalkan pos masing-masing.
Khalid bin Walid memimpin sayap kanan tentara Quraisy empat
kali lebih besar jumlahnya dari pasukan Islam. Tetapi mereka jadi ragu-ragu
mengingat kekalahant-kekalahan yang telah mereka alami di Badar. Karena
kekalahan ini hati mereka menjadi kecil menghadapi keberanian orang-orang
Islam.
Sungguh pun begitu pasukan-pasukan Quraisy memulai
pertempuran dengan baik. Tetapi setelah orang-orang Islam mulai mendobrak
pertahanan mereka, mereka telah gagal untuk mempertahankan tanah yang mereka
injak.
Kekuatannya menjadi terpecah-pecah. Mereka lari cerai-berai.
Peristiwa Badar berulang kembali di Uhud. Saat-saat kritis sedang mengancam
orang-orang Quraisy. Tetapi Khalid bin Walid tidak goncang dan sarafnya tetap
membaja. Dia mengumpulkan kembali anak buahnya dan mencari kesempatan baik guna
melakukan pukulan yang menentukan.
Melihat orang-orang Quraisy cerai-berai, pemanah-pemanah
yang bertugas ditanah genting tidak tahan hati. Pasukan Islam tertarik oleh
harta perang, harta yang ada pada mayat-mayat orang-orang Quraisy. Tanpa pikir
panjang akan akibatnya, sebagian besar pemanah-pemanah, penjaga tanah genting
meninggalkan posnya dan menyerbu kelapangan.
Pertahanan tanah genting menjadi kosong. Khalid bin Walid
dengan segera melihat kesempatan baik ini. Dia menyerbu ketanah genting dan
mendesak masuk. Beberapa orang pemanah yang masih tinggal dikeroyok
bersama-sama. Tanah genting dikuasai oleh pasukan Khalid dan mereka menjadi
leluasa untuk menggempur pasukan Islam dari belakang.
Dengan kecepatan yang tak ada taranya Khalid masuk dari
garis belakang dan menggempur orang Islam dipusat pertahanannya. Melihat Khalid
telah masuk melalui tanah genting, orang-orang Quraisy yang telah lari
cerai-berai berkumpul kembali dan mengikuti jejak Khalid menyerbu dari
belakang. Pemenang-pemenang antara beberapa menit yang lalu, sekarang telah
terkepung lagi dari segenap penjuru, dan situasi mereka menjadi gawat.
Khalid bin Walid telah merobah kemenangan orang Islam di
Uhud menjadi suatu kehancuran. Mestinya orang-orang Quraisylah yang kalah dan
cerai-berai. Tetapi karena gemilangnya Khalid sebagai ahli siasat perang,
kekalahan-kekalahan telah disunglapnya menjadi satu kemenangan. Dia menemukan
lobang-lobang kelemahan pertahanan orang Islam.
Hanya pahlawan Khalidlah yang dapat mencari saat-saat
kelemahan lawannya. Dan dia pula yang sanggup menarik kembali tentara yang
telah cerai-berai dan memaksanya untuk bertempur lagi. Seni perangnya yang luar
biasa inilah yang mengungkap kekalahan Uhud menjadi suatu kemenangan bagi orang
Quraisy.
Share ke Google
|
"Sobat suka postingan ini? Silahkan copy link dibawah ini dan paste ke web, blog, atau sosial media sobat yang nantinya akan menghubungkan sobat langsung dengan postingan ini. "
|
0 comments:
Post a Comment